Pola Sosialisasi, Pola Mana yang Tepat Dijalankan?

Dalam menerapkan sosialisasi, setiap kelompok memiliki pola yang berbeda. Lantas, pola sosialisasi mana yang paling tepat untuk dijalankan? Ini jawabannya.

Sosialisasi merupakan proses transfer nilai dan kebiasaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagi sebagian ahli, sosialisasi dikategorikan sebagai teori peranan yang akan digunakan hingga manusia tersebut dewasa. Tidak hanya dibagi berdasarkan jenisnya, sosialisasi pun dibagi berdasarkan pola yang dilakukan. Menurut Jeager, pola sosialisasi dibagi menjadi dua pola, yaitu sosialisasi represif dan partisipatoris. Apakah kedua pola ini efektif dijalankan? Adakah ciri dari keduanya?

Dalam buku-buku bacaan, dua pola dalam sosialisasi dijelaskan secara umum. Padahal, keduanya memiliki ciri yang khas dan penting dipahami, untuk mempermudah dalam membedakan keduanya. Lantas, apa ciri-ciri dari kedua pola tersebut? Tindakan yang dilakukan oleh orang tua pada anak, termasuk dalam pola mana? Bagaimana dengan aturan yang diterapkan pemerintah, termasuk dalam pola yang mana? Materi belajar akan menjelaskannya dengan lebih jelas pada anda di bagian yang berikutnya.

Pola Sosialisasi Partisipatif

Pola yang banyak dijalankan dalam keluarga adalah pola partisipatif. Di mana, anak akan diberikan imbalan jika berperilaku baik. Namun, anak pun akan dikenakan hukuman atau sanksi bila berperilaku buruk. Apa yang terjadi baik imbalan dan hukuman, hanya bersifat simbolik. Karena nyatanya dalam proses sosialisasi anak-anak akan diberikan kebebasan untuk memilih.

Dalam pola ini, ditekankan adanya interaksi dan komunikasi antara anak dan orang tua. Komunikasi yang disampaikan bersifat lisan dan menjadi pusat sosialisasi. Anak akan memahami bagaimana perannya sebagai anak dan keperluan apa saja yang dibutuhkan anak. Keluarga dalam pola ini menjadi generalized other yang membuat anak memahami penting sebuah aturan dan keberadaannya di masyarakat.

Pola Sosialisasi Represif

Satu lagi pola yang banyak dijalankan adalah pola represif. Pola ini banyak dijalankan untuk menekankan penggunaan hukuman terhadap kesalahan yang terjadi. Berbeda dengan pola represif, pola ini menekankan hukuman dibandingkan imbalan dalam setiap tindakan. Anak-anak yang melakukan kesalahan, akan mendapatkan hukuman. Namun tidak berlaku imbalan bila anak melakukan hal baik.

Banyak yang berpandangan bahwa pola ini efektif untuk dilakukan. Di lain sisi, muncul pandangan bahwa pola ini berlebihan, terlebih akan diterapkan pada anak-anak. Terlepas dari itu, terdapat ciri-ciri yang nampak nyata untuk mempermudah menentukan pola apa yang digunakan dalam sosialisasi. Dalam pola ini, orang tua berperilaku sebagai signicant other. Adapun ciri-ciri dalam pola represif, yaitu

  1. Kepatuhan

Pola represif adalah pola yang menenkankan kepatuhan dibandingkan cara lain. Kepatuhan berlaku untuk anak-anak hingga orang dewasa. Penggunaan kepatuhan akan aturan akan membentuk anak-anak yang taat. Tidak hanya anak-anak, kepatuhan yang telah tertanam sejak dini dapat membantu pada saat dewasa, untuk dapat menghargai orang lain.

  1. Komunikasi Satu Arah

Pada pola partisipatif, anak diberikan kebebasan untuk dapat memilih tindakan yang dilakukan. Sedangkan dalam pola represif, anak tidak diberikan kesempatan berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan hanya bersifat satu arah dan non-verbal. Kebanyakan isi komunikasi merupakan perintah yang harus ditaati. Biasanya dilakukan oleh orang tua maupun pemerintah.

  1. Materi Hukuman

Berbeda dengan pola partisipatif, pola represif menekankan sosialisasi dengan materi dengan hukuman. Tidak ada imbalan yang akan didapat, saat anak melakukan perilaku yang baik atau menaati perintah. Keadaan ini tidak nyaman untuk anak, serta dapat menimbulkan masalah bagi kepribadian anak, bila hukuman yang diberikan cukup berlebihan.

Pola represif sampai saat ini dinilai sebagai pola yang efektif untuk dilakukan. Namun dalam menjalankannya, orang tua harus memahami batasan dari hukuman yang diberikan pada anak. Pemberian hukuman secara berlebihan dapat menyebabkan masalah pada saat anak dewasa.

Syarat Terjadinya Sosialisasi

Walaupun telah memahami pola dalam sosialisasi, penting untuk anda dapat memahami syarat-syarat agar sosialisasi dapat terjadi. Apa saja syarat yang dimaksud? Berikut ulasannya,

  1. Isi Sosialisasi atau Informasi

Informasi yang akan disampaikan adalah bagian penting dalam sosialisasi. Isi sosialisasi cukup beragam, seperti nilai, norma hingga peran-peran yang harus dijalankan dalam masyarakat. Tanpa adanya pesan atau isi, maka sosialisasi tidak dapat dilakukan. Walaupun pola telah ditentukan, tanpa isi, maka sosialisasi hanya berupa himbauan yang tidak akan dipahami masyarakat.

  1. Cara Penyampaian

Bagian selanjutnya adalah bagaimana cara penyampaian sosialisasi dilakukan. Dalam penyampaian, biasanya digunakan berbagai media. Untuk beberapa orang, penyampaian melalui keluarga cukup efektif. Sebagian lebih menyukai penyampaian melalui media massa dan media sosial. Semuanya ditentukan setelah ditemukan pola yang tepat untuk dijalankan.

  1. Media Sosialisasi

Siapa saja yang termasuk dalam media sosialisasi? Keluarga dan lingkungan sekitar termasuk sebagai media sosialisasi. Karena melalui interaksi dengan keduanya dapat diterima berbagai peraturan dan nilai-nilai dalam perilaku. Selain keluarga, media sosialisasi lainnya dapat berupa teman sekolah, kerabat kerja, hingga pemerintah yang kerap mengeluarkan peraturan baru.

Apakah anda sudah tentukan pola mana yang sesuai dijalankan? Sebenarnya, kedua pola sosialisasi, baik represif dan partisipatoris dapat dijalankan secara bersamaan. Namun dalam menjalankannya tidak boleh secara berlebihan. Masalahnya, pemberian imbalan dan hukuman secara berlebihan dapat memberikan dampak buruk pada hari ke depannya, khususnya setelah anak dewasa dan menjadi orang tua.